INOVASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI, INOVASI KURIKULUM BERBASIS MASYARAKAT, DAN INOVASI KURIKULUM BERBASIS KETERPADUAN
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah menganugrahkan kenikmatan, petunjuk dan kekuatan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada uswah wal qadwah
Rasulullah muhammad saw, kepada keluarganya, para sahabatnya, tabi’in, dan
pengikut serta risalahnya hingga akhir zaman..
Alhamdulilah dengan pertolongan dan hidayah
Allah kami dapat menyusun makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah
Inovasi Pendidikan, yang berjudul "Inovasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Inovasi Kurikulum Berbasis Masyarakat dan Inovasi Kurikulum
Berbasis Keterpaduan".
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
apa yang diharapkan. Oleh karena itu kami mohon kritik perbaikan dan sarannya
untuk meningkatkan kualitas serta manfaatnya.
Akhirnya kami berharap mudah-mudahan makalah yang
kami susun ini dapat memenuhi berbagai macam kriteria dan dapat dijadikan acuan
bagi penyusunan tugas berikutnya.
Bandung, 09 Desember 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR....................................................................................................
i
DAFTAR
ISI................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A.
Latar Belakang...................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.................................................................................................. 2
C.
Tujuan Penulisan.................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................................ 3
A.
Inovasi Kurikulum................................................................................................. 3
B.
Inovasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi.............................................................. 4
C.
Inovasi Kurikulum Berbasis
Masyarakat............................................................... 9
D.
Inovasi Kurikulum Berbasis
Keterpaduan........................................................... 12
BAB
III PENUTUP...................................................................................................... 16
A.
Simpulan.............................................................................................................. 16
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengartikan
kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum
merupakan suatu perangkat mata pelajaran serta program pendidikan yang
diberikan oleh suatu lembaga penyelenggaraan pendidikan yang berisi rancangan
pelajaran dimana penyusunannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap
jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut.
Pada saat ini banyak siswa yang mengeluh dan bosan dengan
metode pembelajaran yang dipakai dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan
pembelajaran dirasakan monoton dan hal ini berlangsung dalam waktu yang lama.
Pembelajaran bersifat kompleks artinya tidak hanya guru yang terlibat aktif
dalam pembelajaran melainkan siswa dan guru. Guru dituntut untuk mengembangkan
keahlian yang dimiliki dan menyalurkannya kepada siswa. Untuk itu guru perlu
mengadakan inovasi pembelajaran guna mengoptimalkan kemampuan siswa dan supaya
tidak bosan.
Dengan adanya inovasi pada kurikulum yang dibuat, diharapkan
ada kemajuan yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan yang
direncanakan. Guru juga dituntut agra bisa memompa semangat belajar siswa agar
lebh giat lagi. Selain itu, seorang pendidik harus bisa memanfaatkan media yang
telah maju untuk dipakai dalam pembelajaran agar siswa lebih tertarik dan tidak
monoton.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa itu Inovasi Kurikulum?
2.
Bagaimana Inovasi Kurikulum Berbasis Kompetensi?
3.
Bagaimana Inovasi Kurikulum Berbasis Masyarakat?
4.
Bagaimana Inovasi Kurikulum Berbasis Keterpaduan?
C.
Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan
pembahasan dalam makalah ini adalah:
1.
Untuk Mengetahui Apa Itu Inovasi Kurikulum?
2.
Untuk Mengetahui
Bagaimana Inovasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
3.
Untuk Mengetahui
Bagaimana Inovasi Kurikulum Berbasis Masyarakat
4.
Untuk Mengetahui
Bagaimana Inovasi Kurikulum Berbasis Keterpaduan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Inovasi Kurikulum
Inovasi dapat diartikan sebagai
sesuatu yang baru dalam situasi social tertentu yang digunakan untuk menjawab
atau memecahkan suatu permasalahan. Dilihat dari bentu atau wujudnya “sesuatu
yang baru itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan. Sedangkan
dilihat dari maknanya, sesuatu yang baru itu benar-benar baru yang belum
tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan Invention, atau dapat
juga tidak benar-benar baru sebab sebelumnya sudah ada dalam konteks social
yang lain yang disebut dengan istilah Discovery.
Inovasi Kurikulum adalah suatu pembaharuan atau gagasan yang
diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu sendiri. Kurikulum hanyalah
alat atau instrumen untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang
ditetapkan. Kurikulum bukan sebagai tujuan akhir. Seiring dengan perubahan
masyarakat dan nilai-nilai budaya, serta perubahan kondisi dan perkembangan
peserta didik, maka kurikulum juga mengalami perubahan. Perubahan / inovasi
tersebut adalah:
1. Dari sisi bentuk dan organisasi
inovasinya berupa perubahan dari kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan
kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1975 yang disempurnakan dan dengan lahirnya
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka
terjadilah perubahan kurikulum pada tahun 1994.
2. Dari sisi psikologi timbul masalah
berkenaan dengan pendekatan belajar-mengajar yang baru, maka muncul berbagai
inovasi seperti keterampilan proses, CBSA dan belajar tuntas.
3. Dari sisi sosiologis timbul masaah
berkenaan dengan tuntutan masyarakat modern yang semakin tinggi dan kompleks
sehingga muncul inovasi berupa masuknya mata pelajaran keterampilan, adanya
kerja dan gagasan muatan lokal.
4. Dari sisi penyampaian pengajaran,
inovasi berupa sistem modul paket untuk pendidikan luar sekolah dan metode SAS
(Struktural Analisis Sintesis) untuk belajar.
Dalam bidang pendidikan, inovasi biasanya muncul dari adanya
keresahan pihak-pihak tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan. Misalkan,
keresahan guru tentang pelaksanaan proses belajar mengajar yang dianggapnya
kurang berhasil, keresahan pihak administrator pendidikan tentang kinerja guru,
atau mungkin keresahan masyarakat terhadap kinerja dan hasil bahkan sistem
pendidikan. Keresahan-keresahan itu pada akhirnya membentuk
permasalahan-permasalahan yang menuntut penanganan dengan segera. Upaya untuk
memecahkan masalah itulah muncul gagasan dan ide-ide baru sebagai suatu
inovasi. Dengan demikian, maka dapat kita katakan bahwa inovasi itu ada karena
adanya masalah yang dirasakan; hampir tidak mungkin inovasi muncul tanpa adanya
masalah yang dirasakan.
B. Inovasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi
1.
Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan
mengerjakan sesuatu yang berbeda dengan sekedar mengetahui sesuatu. Kompetensi
harus didemonstrasikan sesuai dengan standar yang ada di lapangan kerja
(Hamalik,2000). Kompetensi dapat berupa pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar yang mereflesikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan
pengetahuan dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus
dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber
daya pendidikan dan mengembangkan sekolah (Depdiknas,2002).
Dari rumusan tersebut, KBK lebih
menekankan pada kompetensi atau kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa
setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu, sedangkan masalah
bagaimana cara mencapainya, secara teknis operasional diserahkan kepada guru di
lapangan. Tidak ada dalam KBK secara tersirat dan tersurat apa yang harus
dilakukan guru untuk mencapai kompetensi tertentu. KBK hanyalah memberikan
petunjuk secara universal bagaimana seharusnya pola pelajaran diterapkan oleh
setiap guru.
Rumusan lain tentang kompetensi
menurut McAshan (1981) adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
atau kapabilitas yang dimiliki seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya
sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif, dan psikomotornya. Ini berarti
bahwa kompetensi bukan hanya ada dalam tataran pengetahuan akan tetapi sebuah
kompetensi harus tergambarkan dalam pola perilaku, artinya bagaimana
implementasi pengetahuan itu diwujudkan dalam pola tindakan yang siswa lakukan
sehari-hari. Sehingga kompetensi itu
pada hakikatnya merupakan perpaduan dari pengertahuan, keterampilan, nilai,
sikap yang direfleksikan dalam bentuk kebiasaan berfikir dan bertindak.
KBK berorientasi bahwa siswa bukan
hanya memahami materi pelajaran untuk mengembangkan kemampuan intelektual saja,
melainkan bagaimana pengetahuan itu dipahaminya dapat mewarnai perilaku yang
ditampilkan dalam kehidupan nyata. Gordon (1988) menyarankan beberapa aspek
yang harus terkandung dalam kompetensi sebagai berikut :
1.
Pengetahuan
(knowledge), yaitu pengetahuan untuk melakukan proses berfikir.
2.
Pemahaman
(understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki individu.
3.
Keterampilan
(skill), yaitu sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas yang
dibebankan.
4.
Nilai
(value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini sehingga akan
mewarnai dalam segala tindakannya.
5.
Sikap
(attitude) yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsang yang dating dari
luar, perasaan senang atau tidak senang terhadap sesuatu masalah.
6.
Minta
(interest) yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau
perbuatan untuk mempelajari materi pelajaran.
Kompetensi apa saja yang harus
dicapai oleh KBK? Wina Sanjaya (2005) memberikan apresiasi terdapat 4
kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa sesuai dengan tuntutan KBK, yaitu :
1.
Kompetensi
akademik, yaitu peserta didik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
mengatasi tantangan dan persoalan hidup.
2.
Kompetensi
okupasional, artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan mampu
beradaptasi terhadap dunia kerja.
3.
Kompetensi
cultural, artinya peserta didik harus mampu menempatkan diri sebaik-baiknya
dalam sistem budaya dan tat nilai masyarakat.
4.
Kompetensi
temporal, yaitu peserta didik tetap eksis dalam menjalani kehidupannya sesuai
dengan tuntunan perkembangan zaman.
2.
Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi
Berdasarkan makna tersebut, maka KBK sebagai sebuah kurikulum
memiliki karakteristik utama sebagai berikut :
1.
KBK
memuat sejumlah kompetensi dasar sebagai kemampuan standar minimal yang harus
dikuasi dan dicapai siswa.
2.
Implementasi
pembelajaran dalam KBK menekankan pada proses pengalaman dengan memperhatikan
keberagaman setiap individu.
3.
Evaluasi
dalam KBK menekankan pada evaluasi dan proses belajar.
William E. Blank (1982) menjelaskan
bahwa KBK memiliki karakteristik. Pertama, materi yang dipelajarai merupakan
bidang spesifik, materi disajikan dalam bentuk kompetensi-kompetensi yang
dinyatakan secara jelas dan menjelaskan mengenai apa yang dapat dilakukan
peserta didik setelah menyelesaikan program pembelajaran. Kedua, kegiatan
pembelajaran berfokus pada peserta, media, dan bahan belajar yang dirancang
untuk membantu peserta didik belajar, proses belajar disesuaikan dengan kebutuhan siswa, dalam penilai disesuaikan
dengan performansi. Ketiga, menyediakan waktu yang cukup bagi peserta didik
dalam menguasai kompetensi-kompetensi sebelum diizinkan dalam beralih ke
kompetensi lain. Keempat, setiap peserta didik mendemonstrasikan kompetensi
yang telah diselesaikannya. Performansi ditunjukan peserta didik dibandingkan
dengan standar yang telah ditetapkan.
Depdiknas (2002) mengemukakan
karakteristik KBK secara lebih rinci dibandingkan dengan pernyataan di atas,
yaitu :
1.
Menekankan
pada ketercapaian kompetensi baik secara individual maupun klasikal, artinya
isi KBK intinya sejumlah kompetensi yang harus dicapai siswa, dan kompetensi
inilah sebagai standar minimal atau kemampuan dasar.
2.
Berorientasi
pada hasil belajar dan keberagaman, artinya keberhasilan pencapaian kompetensi
dasar diukur oleh indicator hasil belajar. Indicator inilah yang dijadikan
acuan kompetensi yang diharapkan. Proses pencapaian tentu saja bergantung pada
kemampuan dan kecepatan yang berbeda setiap siswa.
3.
Penyampaian
dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi sesuai
dengan keberagaman siswa.
4.
Sumber
belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lain yang memenuhi unsur
edukatif, artinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi. Guru sebagai fasilitator untuk mempermudah siswa belajar dari
berbagai macam sumber belajar.
5.
Penilaian
menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaanatau pencapaian
suatu kompetensi. KBK menempatkan hasil dan proses belajar sebagai dua sisi
yang sama pentingnya.
Setelah memahami karakteristik KBK,
yang dicapai oleh kurikulum kurikulum berbasis kompetensi adalah mengembangkan
peserta didik untuk menghadapi perannya di masa mendatang dengan cara
mengembangkan sejumlah kecakapan hidup (life skill). Life skill merupakan kecakapan
yang harus dimiliki seseorang untuk terbiasa berani menghadapi problem
kehidupan secara wajar kemudian secara kreatif mencari solusi untuk
mengatasinya. Adapun tujuan kecakapan hidup ini adalah :
1.
Memberikan
kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel,
sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas (broad based education)
2.
Mengoptimalkan
pemanfaatan seumber daya lingkungan sekolah dengan memberikan peluang
pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, sesuia dengan manajemen
berbasis sekolah (school based management).
3.
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pengembangan kurikulum merupakan
suatu proses kompleks dan melibatkan berbagai factor terkait. Oleh karena itu
dalam proses pengembangan kurikulum berbasis kompetensi tidak hanya menuntut
keterampilan teknis dari pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai
komponen kurikulum, tetapi harus pula dipahami berbagai factor yang
mempengaruhinya.
Pengembangan KBK memfokuskan kepada
kompetensi tertentu berupa paduan : pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap apa yang
dipelajari. Karena itu peserta didik perlu mengetahu criteria penguasaan
kompetensi sehingga peserta didik dapat mempersiapakan dirinya melalui
penguasaan sejumlah kompetensi tertentu sebai persyaratan untuk melanjutkan
kepenguasaan sejumlah kompetesni berikutnya. Criteria tersebut bisa
dikembangkan berdasarkan tujuan khusus yang dipelajari sesuai dengan kompetensi
yang harus dikuasi.
1.
Asas
Pengembangan KBK
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi didasarkan pada tiga
asas pokok, yaitu asas filosofis, psikologis dan sosiologis.
Pertama, asas filosofis berkenaan dengan nilai yang berlaku di
masyarakat. Sistem erat kaitannya dengan arah dan tujuan yang mesti dicapai.
Itu sebabnya, dalam pengembangan KBK, filsafat sebagai sistem nilai menjadi
sumber utama dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Di Indonesia,
sistem nilai yang berlaku adalah pancasila, maka membentuk manusia yang pancasilasis
sejati menjadi tujuan dan arah dari segala ihtiar dari berbagai level dan jenis
pendidikan. Dengan demikian isi KBK yang disusun harus memuat dan mencerminkan
tentang kandungan nilai-nilai pancasila.
Kedua, asas psikologis berhubungan dengan aspek kejiwaan dan
perkembangan peserta didik secara psikologis anak didik memiliki perbedaan baik
minat, bakat maupun potensi yang dimilikinya. Dengan demikian baik tujuan, isi
maupun startegi pengembangan KBK harus memperhatikan kondisi tahapan-tahapan
perkembangan dan psikologi belajar anak didik.
Ketiga, pengembangan KBK didasarkan pada asas sosiologis dan
teknologis. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sekolah berfungsi untuk
mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat berperan aktif di masyarakat.
Karena itu, kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam proses pendidikan di
sekolah harus relevan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Ketiga asas pengembangan kurikulum tersebut merupakan landasan
pokok KBK sebagai pedoman dan perangkat perencanaan, implementasi dan
pelaksanaan yang dibingkai oleh tiga sisi yang sama-sama penting seperti sisi
filosofis, psikologis. Dan sosiologis teknologis.
2.
Prinsip-prinsip
pengembangan KBK
Proses pengembangna KBK harus dilakukan dengan memperhatikan
prinsip pengembangan KBK sebagai berikut:
a.
Peningkatan
keimanan, budi pekerti luhur dan penghayatan nilai-nilai budaya,
b.
Keseimbangan
etika, logika, estetika, dan konestika.
c.
Penguatan
integritas nasional
d.
Perkembangan
pengetahuan dan teknologi infornasi.
e.
Pengembangan
kecakapan hidupnyang meliputi keterampilan diri, keterampilan berpikir
rasional, keterampilan social, keterampilan akademik dan keterampilan
vokasional.
f.
Pilar
pendidikan
g.
Konprehensif
dan berkesinambungan.
h.
Diversifikasi
kurikulum
3.
Implikasi
KBK terhadap pengembangan aspek pembelajaran
a.
Pengembangan
rancangan pembelajaran
b.
Pengembangan
proses pembelajaran
c.
Pengembangan
evaluasi.
C. Inovasi
Kurikulum Berbasis Masyarakat
1. Pengertian
Kurikulum Berbasis Masyarakat
Kurikulum berbasis masyarakat yang bahan dan objek kajiannya
kebijakan dan ketetapan yang dilakukan di daerah, disesuaikan dengan kondisi
lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya dan disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan daerah yang perlu dipelajari oleh siswa di daerah tersebut. Bagi
siswa berguna untuk memberikan kemungkinan dan kebiasaan utnuk akrab dengan
lingkungan dimana mereka tinggal. Kemungkinan lain mencegah dari keterasingan
lingkungan, terbiasa dengan budaya dan adat istiadat setempat dan beusaha
mencintai lingkungan hidup, sehingga sebuta kurikulum ini disebut kurikulum
berbasis wilayah.
2. Tujuan
Kurikulum Berbasis Masyarakat
1. Memperkenalkan siswa terhadap
lingkungannya, ikut melestarikan budaya termasuk kerajinanan, keterampilan yang
nilai ekonominya tinggi di daerah tersebut.
2. Membekali siswa kemampuan dan keterampilan
yang dapat menjadi bekal hidup mereka di masyarakat, seandainya mereka tidak
dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3. Membekali siswa agar hidup mandiri,
serta dapat membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kurikulum berbasis masyarakat memiliki beberapa
keunggulan/kelebihan antara lain: Pertama, kurikulum sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan masyarakat setempat. Kedua, kurikulum sesuai dengan tingkat
dan kemampuan sekolah, baik kemampuan finansial, profesional maupun manajerial.
Ketiga, disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangata memudahkan dalam
pelaksanaannya. Keempat, ada motivasi kepada sekolah khusus kepala sekolah dan
guru kelas untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulumyang
sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam
pengembangan kurikulum.
3. Karakteristik
Kurikulum Berbasis Masyarakat
Model pengajaran yang berpusat pada masyarakat adalah suatu
bentuk kurikulum yang memadukan antara sekolah dan masyarakat dengan cara
membawa sekolah ke dalam masyarakat atau membawa masyarakat ke dalam sekolah
guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hamalik (2005) merinci
karakteristik kurikulum berbasis pada masyarakat meliputi:
1. Karakteristik pembelajaran pada kurikulum
berbasis masyarakat:
a. Pembelajaran berorientasi pada
masyarakat, di masyarakat dengan kegiatan belajar bersumber pada buku teks.
b. Disiplin kelas berdasarkan tanggung
jawab bersama bukan berdasarkan paksaan atau kebebasan.
c. Metode mengajar terutama dititikberatkan
pada pemecahan masalah untuk memenuhi kebutuhan perorangan dan kebutuhan sosial
atau kelompok.
d. Bentuk hubungan atau kerja sama
sekolah dan masyarakat adalah mempelajari sumber-sumber masyarakat, menggunakan
sumber-sumber tersebut, dan memperbaiki masyarakat tersebut.
e. Strategi pembelajaran meliputi karya
wisata, manusia (nara sumber), survei masyarakat, berkemah, kerja lapangan,
pengabdian masyarakat, kuliah kerja nyata, proyek perbaikan masyarakat dan
sekolah pusat masyarakat.
2. Karakteristik Materi Pembelajaran
Agar
penjabaran dan penyesuaian dengan tuntutan kewilayahan tidak meluas dan
melebar, maka perlu diperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi yang perlu
diajarkan, kriteria tersebut antara lain:
a.
Validitas, telah teruji kebenaran dan kesahihannya.
- Tingkat kepentingan yang benar-benar diperlukan oleh
siswa.
- Kebermanfaatan, secara akademik dan non akademik
sebagai pengembangan kecakapan hidup (life skill) dan mandiri.
- Layak dipelajarai, tingkat kesulitan dan kelayakan
bahan ajar dan tuntutan kondisi masyarakat sekitar.
- Menarik minat, dapat memotivasi siswa untuk mempelajari
lebih lanjut dengan menumbuhkembangkan rasa ingin tahu.
- Alokasi waktu, penentuan alokasi waktu terkait dengan
keleluasan dan kedalaman materi.
- Saran dan sumber belajar, dalam arti media atau alat
peraga yang berfungsi memberikan kemudahan terjadinya proses pembelajaran.
- Kegiatan siswa dan guru
3. Kegiatan Siswa dan Guru
Kegiatan siswa, mestinya mempertimbangkan pemberian peluang
bagi siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah
bimbingan guru. Juga materi pembelajaran dipilih haruslah yang dapat memberikan
pembekalan kemampuan/kecakapan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai kecakapan hidup atau dapat hidup
mandiri dengan menggunakan pengetahuan, sikap, dan ketermapilan yang telah
dipelajari.
Guru dalam kurikulum berbasis pada masyarakat berperan
sebagai fasilitator, sumber belajar, pembina, konsultan, sebagai mitra kerja
yang memfasilitasi siswa dalam pembelajaran. Sehingga menghasilkan lulusan yang
memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang kuat untuk digunakan dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam
sekitar, serta mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau
pendidikan lebih lanjut.
4. Penilaian dalam Kurikulum berbasis
masyarakat
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan
menganalisis, dan menaksirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi
yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian ini dilakukan secara
terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu disebut penilaian
berbasis kelas (PBK). PBK ini dilakukan dengan mengumpulkan kerja siswa
(portofolio), hasil karya (penugasan), kinerja (performance), dan tes tertulis.
Guru menilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pencapaian
prestasi siswa selama dan setelah kegiatan belajar mengajar.
4. Pengembangan
Kurikulum Berbasis Masyarakat
Karena
pengaruh perkembangan teknologi terjadi perubahan yang cukup drastis dalam
segala bidang termasuk pekerjaan. Masyarakat perkotaan berubah cepat
dibandingkan masyarakat pedesaan. Pola kehidupan agraris berubah menjadi poloa
kehidupan industri, dimana kehidupan masyarakatnya menuntut memiliki
spesialisasi dan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan. Sehingga
sifat-sifat kebersamaan, hidup lebih santai diganti oleh sikap individualis dan
kerja keras.
Komponen-komponen
kurikulum berbasis masyarakat meliputi:
a.
Tujuan dan filsafat pendidikan dan psikologi belajar.
- Analisis kebutuhan masyarakat
sekitar termasuk kebutuhan siswa.
- Tujuan kurikulum (TUK dan TKK)
- Pengorganisasian dan
implementasi kurikulum.
- Tujuan pembelajaran (TPU dan
TPK)
- Strategi pembelajaran mencakup
model-model pembelajaran.
- Teknik evaluasi (proses dan
produk).
- Implementasi strategi
pembelajaran.
- Penilaian dalam pembelajaran.
- Evaluasi program kurikulum.
D. Inovasi
Kurikulum Berbasis Keterpaduan
1.
Pengertian Kurikulum Berbasis Keterpaduan
Pendekatan keterpaduan merupakan suau sistem totalitas yang
berdiri dari komponen komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi baik
komponen dengan komponen maupun antar komponen komponen antar keseluruhan,
dalam rangka mencapai tujuna yang ditentukan sebelumnya. Konsep keterpaduan
pada hakekatnya menujuk kepada keseluruhan, keatuan, kebulatan, kebulatan,
komplek, yang ditandai dengan interaksi dan interpedensi antar komponen
komponen lainya (Ali Syahbana, 1974 : 17).
Kurikulum terpadu menyediakan kesempatan dan kemungkinan belajar bagi para
siswa. Kesempadan belajar tesebut dirancang dan dilaksanakna secara menyeluruh
dengan mempertimbangkan hal hal yang bertpengaruh oleh karena itu perlu
dilakukan kontrol, bimbingan agar proses blajar terarak ketercapayannya untuk
tujun tujun kemampuan yang diharapkan. Kurikulum dirancang
berdasarkan sistem keterpaduan yang mempertimbangkan komponen-komponen masukan,
proses dan produk secara seimbang dan setaraf.
Pada komponen masukan,
kurikulum dititikberatkan pada mata pelajaran logis dan sistematis agar siswa
menguasai struktur pengetahuan tertentu. Pada komponen proses, kurikulum
dititikberatkan pada pembentukan konsep berfikir dan cara belajar yang
diarahkan kepada pengembangan peta kognitif. Pada komponen produk, kurikulum
dititikberatkan pada pembentukan tingkah laku spesifik.
Tingkah laku yang
diterapkan adalah integrasi atau behavior is the better integrated, terjadi
dikarenakan pengalaman-pengalaman dalam situasi tertentu, bukan karena
kecenderungan alami atau kematangan kondisi temporer, sehingga perubahan
tingkah laku bersifat permanen dan bertalian dengan situasi tertentu (Hilgard
& Bower, 1977:17). Untuk mencapai perubahan-perubahan perilaku, sistem
keterpaduan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: suasana
lapangan (field setting) yang
memungkinkan siswa menampilkan kemampuannya di dalam kelas, pemgembangan diri
sendiri (self development), pengembangan
potensi yang dimiliki masing-masing individu (self actualization), proses belajar secara kelompok (social learning), pengulangan dan
penguatan (reinforcement), pemecahan
masalah-masalah (heuristik learning), dan
sikap percaya diri sendiri (self
confidence).
2. Komponen-komponen
Kurikulum Berbasis Keterpaduan
Kurikulum berbasis terpadu
meliputi berbagai komponen yang saling berkaitan yaitu subsistem masukan
yakni siswa, subsistem proses yakni metode, materi dan masyarakat, subsistem
produk yakni lulusan yang dikaitkan komponen evaluasi dan umpan balik. Masing-masing
komponen saling berkaitan, pengaruh mempengaruhi satu sama lain dalam rangka
untuk mencapai tujuan.
Komponen lulusan adalah produk sistem kurikulum yang
memenuhi harapan kuantitas yakni jumlah lulusan sesuai dengan kebutuhan dan
harapan kualitas yakni mutu lulusan ditinjau dari segi tujuan instrinsik dan
tujuan ekstrinsik. Tujuan instrinsik berorientasi bahwa lulusan diharapkan
menjadi insan-insan terdidik, berbudaya dan berakhlakul karimah. Tujuan
ekstrinsik, berorientasi bahwa lulusan sesuai dengan tuntutan lapangan
pekerjaan khususnya kompeten dibidang pekerjaannya.
Komponen metode terdiri dari program pembelajaran, metode
penyajian, bahan dan media pendidikan. Sedangkan komponen materi terdiri
fasilitas, sarana dan prasarana, perlengkapan, dan biaya.
Komponen evaluasi untuk menilai keberhasilan proses
kurikulum dan ketercapaian tujuan kurikulum. Evaluasi dilaksanakan dalam bentuk
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Hasil evaluasi memberikan informasi
untuk membuat keputusan tentang tingkat produktivitas kurikulum dan derajat
perpormansi yang dicapai oleh siswa.
Komponen balikan berguna untuk memberikan informasi dalam
rangka umpan balik demi perbaikan sistem kurikulum. Sumber informasi diperoleh
dari hasil evaluasi yang telah dilaksanakan sekolah dan lembaga tempat para
lulusan bekerja.
Komponen masyarakat merupakan masukan eksternal dalam bidang
sosial dan budaya yang berfungsi sebagai factor penunjang dan turun mewarnai
pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan.
3. Karakteristik
Kurikulum berabasis keterpaduan
Kurikulum terpadu
merupakan bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata
pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unti atau keseluruhan
(Hamalik, 1993:32).
Ciri-ciri bentuk
organisasi kurikulum terpadu diantaranya adalah: (a) berdasarkan filsafat
pendidikan demokrasi panacasila, (b) berdasarkan psikologi belajar Gestalt dan
field theory, (c) berdasarkan landasan sosiologis dan sosio-kultural, (d)
berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan pertumbuhan peserta
didik, (e) ditunjang oleh semua mata pelajaran tau bidan studi yang ada.
Keunggulan atau manfaat kurikulum terpadu
diantaranya:
a) Segala
sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat.
b) Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat
modern tentang belajar.
c) Memungkinkan
hubungan yang erat kaitannya antara sekolah dan masyarakat.
d) Sesuai
dengan faham demokratis.
e) Mudah
disesuaikan dengan minat, kesanggupan, dan kematangan peserta didik.
4. Prosuder
Pengembangan kurikulum Berbasis Keterpaduan
Kurikulum terpadu berangkat dari bentuk rencana umum dan
dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran unit (unit teaching) rencana umum ynag
dimaksudkan adalah organisasi kurikulum yang berpusat pada bidang masalah, ide,
core atau thema tertentu yang dapat digunakan untuk melaksanakan suatu
pengajaran unit. Dengan kata lain resource unit adalah unit-unit yang telah
siap dibuat dan disusun secara umum, lengkap dan luas serta merupakan reservoir
bagi pengembangan pembelajaran unit.
1)
Tujuan
sumber unit
Tujuan pendidikan dan pembelajaran unit antara lain:
a.
Menyediakan
sumber-sumber yang dapat digunakan dalam merencanakan sesuatu unit dan berisi
saran-saran, petunjuk-petunjuk tentang kegiatan siswa, baik secara perorangan
maupun secara kolektif.
b.
Memberikan
bimbingan atau petunjuk dalam membentukkan lingkup masalah atau syarat-syarat
tentang tingkat tujuan yang hendak dicapai.
c.
Memuat hal-hal
yang dapat dijadikan petunjuk dan bantuan mengajar secara teratur dan tersusun
agar lebih efektif.
d.
Memuat saran
tentang penilaian.
e.
Menunjukkan
bermacam-macam pengalaman tertentu yang dapat dipergunakan guru dan
mengembangkan satuan pengajaran.
2)
Kriteria
penyusunan rencana umum
a.
Rencana umum
bernilai atau dapat digunakan di dalam banyak situasi dan bersifat fleksibel,
baik isi maupun prosedur-prosedur mengajar dan belajar.
b.
Rencana umum
dikembangkan oleh kelompok guru dan bukan hanya seorang guru saja.
c.
Cara yang
efektif adalah apabila rencana tersebut dilaksanakan oleh kelompok guru yang
telah mempersiapkannya.
d.
Rencana umum
disusun sedemikian rupa agar mudah dilakukan dan diubah sesuai dengan kondisi
dan fasilitas yang tersedia.
e.
Program ini
menyediakan cukup persiapan fasilitas, waktu bagi peserta pelayanan dan
ketatausahaan.
3)
Organisasi
dan isi rencanan umum
a.
Filsafat dan
tujuan sekolah harusnya benar-benar dipahami oleh guru yang menyusun guru unit
ini dan dirumuskan secara jelas.
b.
Tujuan rencana
tersebut seharusnya memberikan sumbangan yang bermakna bagi pencapaian tujuan
sekolah dan memberikan arah bagi pengembangan pembelajaran.
c.
Ruang lingkup
resource unit berisikan suatu perumusan scope yang jelas seperti pembatasan
istilah yang digunakan untuk tingkatan kelas mana unit itu dipersiapkan dan
referensi yang membantu guru terhadap daerah permasalahan.
d.
Kegiatan yang
disarankan meliputi sejumlah kegiatan belajar bagi individu dan kelompok
dipilih secara diorganisir agar dapat dipergunakan secara efektif.
e.
Rencanakan
secara lengkap buku-buku sumber dan alat bantu yang akan digunakan.
f.
Prosedur
evaluasi dan alat-alatnya dipilih sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan
dan menjadi bagian integral dari rencana umum.
g.
Pengalaman dalam
suatu unit kerap kali membantu guru dalam perencanaan unit-unit selanjutnya.
h.
Diperlukan
diskusi tentang berbagai rencana umum dalam rangka perencanaan secara
kooperatif. Rencana tersebut berisikan saran-saran bagi guru tentang cara-cara
yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan pengajaran unit.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Inovasi
Kurikulum adalah suatu pembaharuan atau gagasan yang diharapkan membawa dampak
terhadap kurikulum itu sendiri. Kurikulum hanyalah alat atau instrumen untuk
mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang ditetapkan. Kurikulum bukan
sebagai tujuan akhir. Seiring dengan perubahan masyarakat dan nilai-nilai
budaya, serta perubahan kondisi dan perkembangan peserta didik, maka kurikulum
juga mengalami perubahan.
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan
pengetahuan dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus
dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber
daya pendidikan dan mengembangkan sekolah (Depdiknas,2002).
Kurikulum berbasis masyarakat merupakan kurikulum yang
menekankan perpaduan antara sekolah dan masyarakat guna mencapai tujuan
pengajaran. Kurikulum ini pula memiliki tujuan memberikan kemungkinan kepada
siswa untuk akrab dengan lingkungan dimana mereka tinggal, mandiri dan bekal
keterampilan. Karakteristik kurikulum berpusat kepada masyarakat ditinjau dari
segi pembelajaran baik berorientasi, metode, sumber belajar, strategi
pengajaran berpusat pada kepentingan siswa sebagai bekal hidup di masa
mendatang.
Kurikulum
Berbasis Keterpaduan merupakan bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas
antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit
atau keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Sa’ud, Syaefudin Udin. 2008. Inovasi
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum
dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
http://meilanikasim.wordpress.com/2010/04/12/inovasi-kurikulum-berbasis-masyarakat/
Komentar
Posting Komentar